Label
Jumat, 20 Desember 2019
Jangan Remehkan
Kamis, 14 November 2019
Sudah Biasa Terlupakan
Rabu, 13 November 2019
Aku Pria Pemegang Impian
Senin, 04 November 2019
Jalanku Jalan Sunyi
Melihat Iblis Menari
Selasa, 29 Oktober 2019
Untaian Kerinduan
Minggu, 27 Oktober 2019
Soal Menyelami Makna
Kamis, 24 Oktober 2019
Gadis Manis
Sabtu, 19 Oktober 2019
Cermin Keluguannya
Cinta Kan Selalu Hadir
Tanpamu Ku Lemah
Rabu, 09 Oktober 2019
Menyimpan Resah
Dirimu terbang menjemput mimpi
Namun hati ini
Bergejolak resah menanti di sini
Dirimu melukis harapan
Namun jiwa terus merindukan
Tiap kalimat yang kau suarakan
Menyimpan resah
Meski hasrat telah mendesah
Memaksa aku menjemputmu
Segera sebelum rembulan berlalu
Ingin segera memelukmu cinta
Dengan luapan kerinduan asmara
Selasa, 08 Oktober 2019
Hujan
Hujan menetes perlahan
Beri kesejukan
Kepada bumi yang kepanasan
Gemericik suara tetesan air
Meneduhkan hati
Bak simfoni
Senandung tetesan air
Pilu memang masih terasa
Namun sembuh sejenak
Kala mendengar lantunan lagu hujan
Menyambut malam
Rindu pada basahnya wajah bumi
Membuat hati bersyukur
Kala memandang malam ditemani
Rintik hujan yang mengguyur
Penuh Cipta Makna
Peluh perjuanganku
Sebanding bila melihat dirimu
Tersenyum penuh keikhlasan
Yang menyambutku dengan pelukan
Letih ragaku
Seketika lepas meninggalkanku
Saat tawa jenaka itu
Keluar dari tingkahmu yang lugu
Begitu menyenangkan melihatmu
Bersenandung dan tertawa
Penuh cipta makna
Yang mungkin ku pahami maknanya
Begitu meneduhkan meresapi
Celoteh dan tangismu
Cermin hakiki hati yang lugu
Kala memandang dunia yang melaju
Sebuah Keputusan
Kerongkongan ini mengering
Sedari kemarin mengutarakan isi hati
Namun angin tak melanjutkan
Pesan harapan kepada awan
Sudah berulang kali
Bibir ini begetar
Menahan getir
Ketika retak perjuangan semakin lebar
Di kedalaman hati
Enggan melompat selamatkan diri
Mengayuh sekoci
Sejauh tuntunan mimpi
Namun, nuansa suram
Telah semakin memaksa
Kaki untuk bergegas
Berlari tinggalkan malam
Sebuah keputusan di atas keputusasaan
Semoga ini bukan pelarian semata
Semoga ini buah pengabdian keikhlasan
Pada bangsa
Yang kian porak-poranda
Diterjang kepalsuan kata-kata
Senin, 07 Oktober 2019
Prahara Rasa
Rasaku ingin cintaimu
Tanpa perlu
Memandang rona masa lalumu
Rasaku ingin menyayangimu
Tanpa ragu
Menangkal semua hasut itu
Aku butuh sejengkal kalimatmu
Untuk yakinkan perjuanganku
Tak sia-sia tergerus celoteh itu
Bicaralah kekasihku
Agar aku mampu
Menepis keraguan dunia
Pada rasa kita berdua
Ini sebuah perkara
Prahara rasa
Antara aku, kau, dan dunia
Ungkapkanlah
Bila kau rasakan yang sama
Di dalam relung kalam
Yang meneduhkan malam
Selasa, 01 Oktober 2019
Hanya Perlu Senandungkan
Tak perlu kau jelaskan
Tentang cahaya pada mentari
Sebab itu hanya akan
Menunjukkan kekosongan akalmu.
Tak usah kau terangkan
Tetesan air kepada sungai
Sebab itu hanya buatmu
Menunjukkan keringnya otakmu
Kau hanya perlu senandungkan
Cinta dari rasamu
Sehingga dunia ikut hanyut
Dalam kebahagiaan semestamu
Kau hanya perlu bahasakan
Kelapangangan jiwamu
Saat menerima hangat mentari
Dan terbuai dalam belaian rembulan
Sang Puan
Meneduhkan jiwa yang risau
Menyejukkan gersang hati
Menyuburkan benih cinta sejati
Mengisyaratkan indah sifatmu
Elok nan rupawan
Menebar harapan dan kebahagiaan
Wahai sang puan
Engkau pancarkan keluguan
Indahkan hariku
Ringankan langkahku
Wahai sang puan
Engkau sirnakan penantian
Melalui cahaya kalbumu
Menembus sela-sela hatiku
Tentang Rindu (Sendu)
Ingin rasanya ku buat ramai malam
Agar kerinduan tak hadir memberi salam
Sebab hati tengah lemah
Untuk merapalkan resah
Biarkan pilu dan sendu
Menghiasi malam
Hingga hati telah mampu
Mengubah suara kalam
Rabu, 25 September 2019
Engkau Indonesia, Begitu Pula Mereka
Tetiba rindu
Pada nuansa masa lalu
Peluh kata bisa saling beradu
Tanpa pecah pertalian yang satu
Sekejap saja hilang
Kelanggengan akal berganti berang
Isi kepala dipaksa sama
Mesti Tuhan anugerahkan akal berbeda
Sungguh geram
Melumat kedigdayaan akal suram
Perbedaan bukan diapresiasi
Malah dipaksa untuk berkubu satu sisi
Engkau manusia
Begitu pula mereka
Perbedaanlah yang menyatukan bangsa
Jangan kau dorong untuk satu ragam
Engkau Indonesia
Begitu pula mereka
Kebhinekaan itula kunci
Bangsa Indonesia saling mengisi
Senin, 23 September 2019
Asa Itu Masih Ada
Memandang geliat negeriku
Lautan pemuda-pemudi
Bersuara satu
Melawan arogansi tirani
Hatiku lega
Ku kira tak lagi ada
Pemuda-pemudi lantang bersuara
Melawan kuasa
Yang telah salah arah
Ternyata, asa itu masih ada
Membara dalam sanubari para pemuda
Demi selamatkan wajah negara
Dari coreng hitam para penguasa
Kamis, 12 September 2019
Selamat Jalan Sang Teknolog
Angin membisik kabar
Hati terkejut alam berkabung
Telah berpulang intelektual bangsa
Di peraduan senja menuju malam
Selamat jalan sang teknolog
Terima kasih atas bakti ikhlasmu
Terima kasih atas buah jemarimu
Berkatmu, Indonesia bergaung
Di benua biru
Namamu sudah terukir indah
Di tiap napas generasi bangsa
Namamu telah antarkan
Begitu banyak pemuda-pemudi
Berikhtiar menggapai mimpi
Percayalah, kami akan menjaga
Warisan ide dan harapanmu
Sudah saatnya engkau
Damai di sisi-Nya
Sabtu, 07 September 2019
Esok Hari Akan Lebih Baik
Tak perlu sesali
Hari kemarin yang telah dilalui
Biar saja yang sudah terjadi
Angkat wajah dan jalani hari
Hidup memang tak mudah
Bila hanya menyerah pada resah
Hadapi tantangan di depan
Dengan tatapan keyakinan
Jangan patah oleh terpaan angin
Sebab itu tempaan menggapai mimpi
Esok hari akan lebih baik
Bagi mereka yang berjuang demi mimpi
7 September 2019
Rabu, 04 September 2019
Perlahan dan Pasti
Sulit kiranya aku berdiri
Tanpa ada sanggahan dari kekasih
Namun apa daya harap hati
Kalimat hati tak pernah sampai
Aku paksakan diri
Menantang pagi
Dengan langkah kaki sendiri
Tanpa pernah mengutarakan sepi hati
Ragamu memang berada dekat diri
Namun hatimu tak ada di sini
Sudah kaku mulut ini
Sampaikan isyarat hati
Perlahan dan pasti
Lelah ini tak terobati
Aku pun akan sirna pergi
Tinggalkan sisa romansa kisah ini
4 September 2019
Meninggalkan Sisa Romansa
Tertatih hati menutur luka
Sendu serang sebagian sukma
Tak mampu terujar kata
Senandung malam mengingatkan karma
Entah ruas rindu mana
Menjadi sandungan melangkah
Gerak kaki sulit melangkah
Meninggalkan sisa romansa
Sudah usai
Cerita masa lalu
Tersimpan tanpa perlu dinanti
Biar menjadi usang hingga napas berlalu
4 September 2019
Ruang Senduku
Malam menjadi ruang senduku
Di saat setiap mata terpejam
Aku menatap keheningan malam
Dengan mata lelahku
Kesunyian malam menjernihkan akal
Lepaskan segala sesak napas tersengal
Aku perlu diam sejenak
Untuk dapat mencerna makna di benak
Kekeluan lidah ini
Menenggelamkan lara
Yang telah meninggi
Yang telah terpelihara
Aku hanya perlu suara kasihmu
Memelukku dalam kesenjangan angan
Membelaiku hingga sirna lelahku
Menghadapi segala rupa kebimbangan
4 September 2019
Suara Hati Tak Pernah Ingkar
Suara hati tak pernah ingkar
Pada kalimat yang telah berikrar
Selaiknya sekuntum sekar
Yang kan terus bertumbuh mekar
Suara hati berujar kejujuran
Pada hidup yang penuh kebohongan
Selaiknya pohon dengan kerindangan
Yang kan terus meneduhkan
Yakinlah padanya
Suara hati selalu sertai raga
Aku kan setia menyeka air mata
Yang turun deras saat kau berduka
Dengarkanlah suara hatimu
Kelak kau pahami narasi sukmamu
Dari setiap kedukaanmu
Dan pula kebahagiaanmu
4 September 2019
Rasa dan Cinta
Merangkai kata
Jauh lebih mudah
Dari merangkai rasa
Mengukir kalimat
Jauh lebih ringan
Dari mengakui cinta
Perlu napas sejenak
Untuk dapat menikmati rasa
Dan membahasakan cinta
Karena rasa dan cinta
Persoalan hati dan sukma
Bukan persoalan akal dan nalar
4 September 2019
Ketika Asmara Menyentuh
Ketika asmara menyentuh
Rasa melepas peluh
Manusia tak kuasa menahan rindu
Ingin lekas memeluk hati dengan bersimpuh
Naluri bergejolak
Nalar tertolak
Nafsu menyelak
Gemuruh hasrat ingin memiliki
Aroma surgawi
Yang tercium sejenak
Dalam ruang benak
Asmara dan rasa tak pernah salah
Hanya waktu dan ruang yang tak tepat
Hati yang tersentuh merana
Khawatir luka tergoreskan
4 September 2019
Minggu, 09 Juni 2019
Perkara Cinta I
Kadang, begitu mengembirakan
Setarik nafas kemudian
Bisa begitu memilukan
Cinta dan benci
Dua sisi mata uang
Saling berdamping
Saling mengisi
Begitu cintanya
Kadang bisa menimbulkan benci
Begitu benci
Kadang bisa menumbuhkan cinta
Jakarta 9 Juni 2019
Senin, 27 Mei 2019
Bapak Berjanji, Untukmu Langit Aksara Nuraniku
Di malam kesendirianku
Termenung doa yang ku titipkan dalam namamu
"Langit Aksara Nurani"
Nama yang mungkin asing
Di zaman penuh lika-liku dusta
Nak, namamu bukan sembarang nama
Namamu, merupakan doa aku, bapakmu, dan ibumu
Kami titipkan harapan
Kami titipkan doa
Kami titipkan impian
Kami berharap, dirimu kelak seperti langit
Meneduhkan, mengayomi, dan melindungi
Setiap nafas kehidupan di sekitarmu
Setiap gerak mimpi-mimpi orang terkasihmu
Dan memiliki impian yang begitu tinggi melampaui, bahkan, melewati langit di atas sana
Kami berdoa, dirimu kelak mampu membaca aksara Tuhan
Menerjemahkannya dan menerapkannya dalam tiap langkah kehidupanmu
Sehingga kamu, kelak, berkarya dengan tuntunan tangan Tuhan
Kami bermimpi, dirimu kelak bisa menetapkan mimpimu berlandaskan nuranimu
Mengartikulasikan suara hati sehingga kamu dapat memilih kehidupanmu dengan bijaksana
Dan tiap jenjang waktu hidupmu, mampu bermanfaat dan berdedikasi bagi kehidupan
Meski kadang, hidup itu tak selalu menghargaimu
Kamu harus tegar dan kokoh menghadapinya
Dan terus pegang teguh mimpi dan prinsipmu
Nak, bapak tak bisa berikan istana yang megah
Atau berlian yang bersinar-sinar
Atau hamparan karpet merah untukmu berjalan
Tapi, bapak berjanji
Dengan seluruh daya upayaku
Bapak akan berusaha sekuat mungkin
Melindungi mimpi-mimpimu
(Jakarta, 27 Mei 2019)
Indah (Bukan Untukku)
Untaian kata-kata itu
Menggugah sanubari hati
Tapi, itu bukan untukku
Mempesona, benar
Tarian diksi membinar
Menyentuh lipatan nurani
Tapi, itu bukan ditujukan untukku
Sedih, ya, memilukan
Rangkaian keindahan itu
Bukan untukku lagi
Bukan cerminan cinta untukku
Aku, pilu
Benar-benar pilu
Air mata deras menurun
Meski tak tampak melaju
Turun di pipiku
Hatiku, pedih
Menahan sedih
Hanya dosaku yang dihitung
Bukan peluh jerih payahku
Bukan pengorbananku
Bukan pula, daya upayaku
Mewujudkan mimpi yang pernah ku janjikan
Kala sebelas purnama lalu
(Jakarta, 27 Mei 2019)
Jumat, 03 Mei 2019
Sudah Lama Rasanya
Keriuhan itu menghilang
Entah kapan awalnya
Kini kehampaan terus menerjang
Setiap kala matahari menyapa hingga langit berselimut malam
Sudah lama rasanya
Hati resah
Gelisah
Tiada angin untuk menenangkannya
Entah, apakah semburat senyum itu kembali?
Atau hanya liuk-liuk luka hati yang menyambangi hari-hari sunyi ini
Entah
Rindu, ya, aku rindu
Andai rembulan bermurah hati
Mengembalikan sinarannya di pagi hari
Aku kan merengkuh senyum itu kembali
(Jakarta, 03 Mei 2019)
Rabu, 10 April 2019
Hanya Menjadi Sebuah Coretan di Relung Imaji
Gejolak jiwa
Memendam lara
Menahan amarah
Sedari awal
Hati tak pernah ingkar
Ada kejanggalan
Mengakar dalam pandangan
Aku sudah merasa
Ada yang hilang
Sejak kemarin mengikhlaskan
Sayap-sayap itu terbang
Mimpi dan impian
Hanya menjadi sebuah coretan di relung imaji
Tak lagi bisa menyusunnya
Hilang bersama lenyapnya sang mentari
10 April 2019
Tarian Pinggir Danau
Tak akan terlupakan
Tarian ke kiri dan kanan
Berbarengan tepukan tangan
Malam gelap terasa sumringah
Sebuah tarian yang sederhana, namun meriah
Disaksikan ribuan semut di pinggir danau
Mendobrak segala penat penghalau
Tawa tumbuh seketika
Air mata kebahagiaan muncrat
Rerumputan bergoyang asyik, seperti tersengat
Mengikuti suara gemericik ikan yang terperanga
Tarian tak terduga
Dalam lantunan musik sederhana
Membekas dalam ingatan bersama
27 September 2011, Pinggir Danau UI