Label

Ajal (1) aku dan sahabatku (1) Aku Kan Tetap Menantimu (Teman) (1) Aku Pria Pemegang Impian (1) Asa Itu Masih Ada (1) asmara (1) bahasa kalbu (2) Begitu Pula Mereka (1) Berbeda Bukanlah Musuhmu (1) Bersatu Tanpa Perlu Sama (1) Bersiap pergi (1) bimbang (1) Bukan Sekedar Cinta (1) celoteh (3) celoteh seorang ibu (1) cermin (1) Cermin Keluguannya (1) cinta (6) Cinta Kan Selalu Hadir (1) Di antara sunyi dan senyap (1) Dirimu Adalah (1) duduk bersama (1) ego (1) Egoisme Semu (1) Engkau Indonesia (1) Esok Hari Akan Lebih Baik (1) Gadis Manis (1) gerutu (1) Hadapi Saja (1) Hanya Menjadi Sebuah Coretan di Relung Imaji (1) Hari Itu (1) helai (1) hubungan pertemanan (2) imajinatif (7) Indah (Bukan Untukku) (1) Jalanku Jalan Sunyi (1) Jangan Remehkan (1) Kacang (1) karya Khairil Haesy (28) kata (1) kelakar katak (6) kenangan (2) kepedihan (1) ketika (1) Ketika Asmara Menyentuh (1) Langit Aksara Nurani Haesy (1) ledek seorang anak (1) marah (1) Mati Perlahan (1) Melihat Iblis Menari (1) melukis langit (1) memaknai (1) memori (1) Meninggalkan Sisa Romansa (1) Menjadi Apa yang Diharapkan (1) Menjadi Bijak (1) menjaga (1) Menyimpan Resah (1) meredam ego (1) Monolog Bhisma (1) muhammad khairil (13) Muhammad Khairil Haesy (47) payung (2) Pelangi (1) penerus (1) Penuh Cipta Makna (1) Perkara Cinta I (1) Perlahan dan Pasti (1) Perpindahan (1) persahabatan (2) persaudaraan (3) pertengkaran (1) Prahara Rasa (1) puisi (77) puisi dan ilustrasi (1) puisi kenangan (1) puisi khairil haesy (2) Puisi Muhammad Khairil Haesy (9) puisi sastra (9) puisi tiga bagian (1) pulang (1) Raja Singa Jemawa (1) rasa (1) Rasa dan Cinta (1) rindu (2) Rindu Rumah (1) Ruang Senduku (1) sahut seorang bapak (1) salah (1) Sama Halnya Dengan Berjudi (1) sastra (14) Sebuah Keputusan (1) sedih (1) sekuntum (1) Sekuntum dan Helai (1) Selamat Berulang Tahun (Maaf Tak Ada Di Sisimu) Ayah (1) Selamat Jalan Sang Teknolog (1) senyawa hati (1) separuh (1) Sepasang Muda-Mudi (1) serapah takjub (1) sesaat dan terlupakan (1) Soal Menyelami Makna (1) Suara Hati Tak Pernah Ingkar (1) Sudah Berpulang (1) Sudah Biasa Terlupakan (1) Sudah Lama Rasanya (1) Tanpamu Ku Lemah (1) Tarian Pinggir Danau (1) Telah Terjalin Persaudaraan (1) teman (1) tentang manusia (1) Tragedi (1) ujaran (2) Untaian Kerinduan (1) untuk anakku (1) wajah muram itu (1) waktu (1)

Jumat, 20 Desember 2019

Jangan Remehkan

Jangan remehkan butiran debu
Sebab bila berkumpul
Retak sekujur tubuhmu
Hilang nyawa tertimbun kumpulan debu

Jangan remehkan tetes air
Sebab bila terus menetes
Batu kali yang keras bisa berlubang
Lamban laun batu pun hancur

Jangan remehkan hal kecil
Sebab sesuatu yang besar
Tak akan terwujud
Tanpa kumpulan yang kecil

Camkan itu baik-baik
Agar kau tak jemawa
Hanya karena sesumbar 
Telah lakukan perjalanan mulus

Kamis, 14 November 2019

Sudah Biasa Terlupakan

Sudah biasa terlupakan
Karena hanya remahan roti
Yang lenyap larut saat tersentuh air

Sudah biasa terlupakan
Karena hanya bulir debu
Yang senyap terhempas angin

Ah, sudah biasa terlupakan
Karena peluh keringat ini
Tak pernah dihargai

Diksi itu hanya menoreh gores luka baru
Menambah perih luka
Yang belum sempat kering ini

Rabu, 13 November 2019

Aku Pria Pemegang Impian

Sering kali penat membelenggu akal
Membawa amarah dan gerutu
Hingga berujung sesal

Kerap kali lelah melemahkan
Kebijaksanaan yang telah ada
Hingga luruh keharmonian bersama

Segala tantangan dan rintangan
Menjadi material baru
Membangun rumah bersama
Kau, aku, dan anak-anak nanti

Maaf bila memang kadang ku khilaf
Bukan maksud merendahkan
Atau bahkan mencampakkan
Namun memang aku manusia biasa
Yang setiap waktu bergelut
Dengan segala persoalan
Hati dan akal

Maaf bila memang hingga kini
Masih ada mimpi
Yang dulu ku tawarkan
Belum terbentuk fisiknya
Atau belum seujung kuku terlaksana
Tapi yakinlah
Aku pria pemegang impian
Hingga itu terwujud
Di suatu kala yang tepat

Terima kasih atas jerih keringatmu
Menjaga hatiku
Menata hidupku
Melegakan kekhawatiranku

Terima kasih atas segala kesabaranmu
Mengasihi sepenuh kasih
Mencintai sepenuh cinta
Memaafkan sepenuh jiwa
Melindungi sepenuh tenaga
Segala impian-impian
Yang tengah dibangun perlahan
Yang sudah dirasakan bersama
Terima kasih

Senin, 04 November 2019

Jalanku Jalan Sunyi

Jalanku jalan sunyi
Tak ada lagu yang menyertai
Tiada pula gemerlap kembang api
Hanya terdengar dengungan penuh dengki
Memaki tiap langkah tertatih
Darah mengalir
Demi melindungi
Keutuhan bumi pertiwi

Jalanku jalan sepi
Di tengah aku berdiri
Di situ jua aku dicaci
Hanya karena paparkan kebenaran hakiki
Mereka lempari diri ini
Dengan cemooh jatuhkan harga diri
Meski peluh keringat ini
Deras jatuh ke bumi
Demi keberlanjutan generasi

Ya, jalanku memang jalan sunyi
Meski begitu, hati selalu yakinkan diri
Cinta kasih akan kembali bersemi
Menghempas ujaran dengki dan benci


Melihat Iblis Menari

Sudah adilkah?
Bila kita selah menuduh yang lain salah
Sementara diri kita salah
Tak pernah meminta maaf dan mengalah
Sudah adilkah?

Begitu sibuk jari dan bibir menghujat
Begitu lupa cermin menampakkan aurat
Begitu sigap mata mencari coretan
Begitu lalai diri menyadari suatu kebaikan

Beginikah situasi Indonesia kini?
Sungguh miris hati
Melihat iblis menari
Di atas retak kesatuan bangsa ini

Selasa, 29 Oktober 2019

Untaian Kerinduan

Namamu melesap
Dalam lelap
Menggema saat senyap

Sepintas lalu
Hati bergumam memanggil namamu
Mungkin saja aku
Sudah cukup memendam rindu

Terperanjak raga
Kala untaian kata
Dari mulut ini berkata
Jalinan huruf membentuk sebuah nama
Yakni, nama dirimu yang ku puja

Semoga sampai
Untaian kerinduan ini
Melalui hujan yang merintik
Di kala malam menutup hari

Minggu, 27 Oktober 2019

Soal Menyelami Makna

Menarilah
Bila itu bisa lepaskan lelah
Bernyanyilah
Bila itu bisa luapkan resah

Bicaralah
Bila itu bisa legakan hati yang gerah
Melangkahlah
Bila itu bisa merelakan laku yang salah

Jangan biarkan hanya terdiam
Karena itu membuatmu terjebak kelam
Hidup itu soal menyelami makna
Agar menjadi lebih bijaksana

Kamis, 24 Oktober 2019

Gadis Manis

Gadis manis
Terurai rambutnya
Menutupi elok rupanya
Sembunyikan senyum teduhnya

Gadis manis
Tatapannya tajam
Menusuk sukma terdalam
Sampaikan pesan tak terbaca alam

Gadis manis
Hadirnya tak sesuai harap
Kemunculannya begitu senyap
Membuat akal menjadi lenyap

Gadis manis
Dengarkan sejenak
Keluh suara serak
Yang mungkin tak mengenak
Saat dirimu tak mungkin menerima
Gelora asmara

Sabtu, 19 Oktober 2019

Cermin Keluguannya

Ia tengah bimbang
Antara menuju senja
Atau turuti ajakan angin menari bersama

Ia tengah gusar
Akan gejolak rasa
Pengusik ketenangan jiwa

Wajahnya yang tersipu
Indah untuk dimaknai
Hatinya yang bergelora
Cermin keluguannya

Meski malam tak berujar banyak
Kiranya tanda alam sudah dipahaminya

Cinta Kan Selalu Hadir

Gemetar kecil bibirnya
Tatkala mengisahkan dia dan hatinya
Saat angin kencang menerpa
Gemuruh badai tak berkesudahan

Pelan dan lemah
Ia kisahkan secuil kisah nafasnya
Dengan bulir-bulir air mata
Menetes pelan tersapu gemericik hujan

Matanya berbicara
Lebih banyak dari bibirnya
Matanya berkisah
Tentang badai dalam sukmanya
Walau hanya sejumput kala
Alam memahami deritanya

Melalui angin bertiup pelan
Tersampaikan sepenggal pesan
Bahwa ia tak perlu resah
Sebab telah hadir sebongkah cinta
Memapahnya dengan penuh ketulusan

Saat dia tengah murka
Ataupun terpojokan sunyi
Cinta kan selalu hadir
Menopang gemetar raganya
Melindungi kerapuhan jiwanya

Tanpamu Ku Lemah

Sentuhanmu menjadi bara tenaga
Kala mata terbuka
Raga bergerak menyulam
Serat-serat benang mimpi semalam

Senyum cilikmu pengobat peluh
Ketika rembulan muncul
Menuntun mata kembali menyentuh
Mimpi dalam selimut

Sedari nafas pertamamu
Sudah ku duga
Tanpamu ku lemah
Kaulah nyawa baruku

Sedari mata indah itu
Menatap tajam sukmaku
Hatiku mengaku
Kaulah mimpi baruku

Rabu, 09 Oktober 2019

Menyimpan Resah

Telah ku restui
Dirimu terbang menjemput mimpi
Namun hati ini
Bergejolak resah menanti di sini
Telah ku ikhlaskan
Dirimu melukis harapan
Namun jiwa terus merindukan
Tiap kalimat yang kau suarakan
Aku di sini tak pernah lelah
Menyimpan resah
Meski hasrat telah mendesah
Memaksa aku menjemputmu
Segera sebelum rembulan berlalu
Harapku sederhana
Ingin segera memelukmu cinta
Dengan luapan kerinduan asmara

Selasa, 08 Oktober 2019

Hujan

Hujan menetes perlahan
Beri kesejukan
Kepada bumi yang kepanasan

Gemericik suara tetesan air
Meneduhkan hati
Bak simfoni
Senandung tetesan air

Pilu memang masih terasa
Namun sembuh sejenak
Kala mendengar lantunan lagu hujan
Menyambut malam

Rindu pada basahnya wajah bumi
Membuat hati bersyukur
Kala memandang malam ditemani
Rintik hujan yang mengguyur

Penuh Cipta Makna

Peluh perjuanganku
Sebanding bila melihat dirimu
Tersenyum penuh keikhlasan
Yang menyambutku dengan pelukan

Letih ragaku
Seketika lepas meninggalkanku
Saat tawa jenaka itu
Keluar dari tingkahmu yang lugu

Begitu menyenangkan melihatmu
Bersenandung dan tertawa
Penuh cipta makna
Yang mungkin ku pahami maknanya

Begitu meneduhkan meresapi
Celoteh dan tangismu
Cermin hakiki hati yang lugu
Kala memandang dunia yang melaju

Sebuah Keputusan

Kerongkongan ini mengering
Sedari kemarin mengutarakan isi hati
Namun angin tak melanjutkan
Pesan harapan kepada awan

Sudah berulang kali
Bibir ini begetar
Menahan getir
Ketika retak perjuangan semakin lebar

Di kedalaman hati
Enggan melompat selamatkan diri
Mengayuh sekoci
Sejauh tuntunan mimpi

Namun, nuansa suram
Telah semakin memaksa
Kaki untuk bergegas
Berlari tinggalkan malam
Sebuah keputusan di atas keputusasaan

Semoga ini bukan pelarian semata
Semoga ini buah pengabdian keikhlasan
Pada bangsa
Yang kian porak-poranda
Diterjang kepalsuan kata-kata

Senin, 07 Oktober 2019

Prahara Rasa

Rasaku ingin cintaimu
Tanpa perlu
Memandang rona masa lalumu

Rasaku ingin menyayangimu
Tanpa ragu
Menangkal semua hasut itu

Aku butuh sejengkal kalimatmu
Untuk yakinkan perjuanganku
Tak sia-sia tergerus celoteh itu

Bicaralah kekasihku
Agar aku mampu
Menepis keraguan dunia
Pada rasa kita berdua

Ini sebuah perkara
Prahara rasa
Antara aku, kau, dan dunia
Ungkapkanlah
Bila kau rasakan yang sama
Di dalam relung kalam
Yang meneduhkan malam

Selasa, 01 Oktober 2019

Hanya Perlu Senandungkan

Tak perlu kau jelaskan
Tentang cahaya pada mentari
Sebab itu hanya akan
Menunjukkan kekosongan akalmu.

Tak usah kau terangkan
Tetesan air kepada sungai
Sebab itu hanya buatmu
Menunjukkan keringnya otakmu

Kau hanya perlu senandungkan
Cinta dari rasamu
Sehingga dunia ikut hanyut
Dalam kebahagiaan semestamu

Kau hanya perlu bahasakan
Kelapangangan jiwamu
Saat menerima hangat mentari
Dan terbuai dalam belaian rembulan

Sang Puan

Senyum ikhlas itu
Meneduhkan jiwa yang risau
Menyejukkan gersang hati
Menyuburkan benih cinta sejati

Gemulai gerak tangan itu
Mengisyaratkan indah sifatmu
Elok nan rupawan
Menebar harapan dan kebahagiaan

Wahai sang puan
Engkau pancarkan keluguan
Indahkan hariku
Ringankan langkahku

Wahai sang puan
Engkau sirnakan penantian
Melalui cahaya kalbumu
Menembus sela-sela hatiku

Tentang Rindu (Sendu)

Ingin rasanya ku buat ramai malam
Agar kerinduan tak hadir memberi salam
Sebab hati tengah lemah
Untuk merapalkan resah

Biarkan pilu dan sendu
Menghiasi malam
Hingga hati telah mampu
Mengubah suara kalam

Rabu, 25 September 2019

Engkau Indonesia, Begitu Pula Mereka

Tetiba rindu
Pada nuansa masa lalu
Peluh kata bisa saling beradu
Tanpa pecah pertalian yang satu

Sekejap saja hilang
Kelanggengan akal berganti berang
Isi kepala dipaksa sama
Mesti Tuhan anugerahkan akal berbeda

Sungguh geram
Melumat kedigdayaan akal suram
Perbedaan bukan diapresiasi
Malah dipaksa untuk berkubu satu sisi

Engkau manusia
Begitu pula mereka
Perbedaanlah yang menyatukan bangsa
Jangan kau dorong untuk satu ragam

Engkau Indonesia
Begitu pula mereka
Kebhinekaan itula kunci
Bangsa Indonesia saling mengisi

Senin, 23 September 2019

Asa Itu Masih Ada

Memandang geliat negeriku
Lautan pemuda-pemudi
Bersuara satu
Melawan arogansi tirani

Hatiku lega
Ku kira tak lagi ada
Pemuda-pemudi lantang bersuara
Melawan kuasa
Yang telah salah arah

Ternyata, asa itu masih ada
Membara dalam sanubari para pemuda
Demi selamatkan wajah negara
Dari coreng hitam para penguasa

Kamis, 12 September 2019

Selamat Jalan Sang Teknolog

Angin membisik kabar
Hati terkejut alam berkabung
Telah berpulang intelektual bangsa
Di peraduan senja menuju malam

Selamat jalan sang teknolog
Terima kasih atas bakti ikhlasmu
Terima kasih atas buah jemarimu
Berkatmu, Indonesia bergaung
Di benua biru

Namamu sudah terukir indah
Di tiap napas generasi bangsa
Namamu telah antarkan
Begitu banyak pemuda-pemudi
Berikhtiar menggapai mimpi

Percayalah, kami akan menjaga
Warisan ide dan harapanmu
Sudah saatnya engkau
Damai di sisi-Nya

Sabtu, 07 September 2019

Esok Hari Akan Lebih Baik

Tak perlu sesali
Hari kemarin yang telah dilalui
Biar saja yang sudah terjadi
Angkat wajah dan jalani hari

Hidup memang tak mudah
Bila hanya menyerah pada resah
Hadapi tantangan di depan
Dengan tatapan keyakinan

Jangan patah oleh terpaan angin
Sebab itu tempaan menggapai mimpi
Esok hari akan lebih baik
Bagi mereka yang berjuang demi mimpi

7 September 2019

Rabu, 04 September 2019

Perlahan dan Pasti

Sulit kiranya aku berdiri
Tanpa ada sanggahan dari kekasih
Namun apa daya harap hati
Kalimat hati tak pernah sampai

Aku paksakan diri
Menantang pagi
Dengan langkah kaki sendiri
Tanpa pernah mengutarakan sepi hati

Ragamu memang berada dekat diri
Namun hatimu tak ada di sini
Sudah kaku mulut ini
Sampaikan isyarat hati

Perlahan dan pasti
Lelah ini tak terobati
Aku pun akan sirna pergi
Tinggalkan sisa romansa kisah ini

4 September 2019

Meninggalkan Sisa Romansa

Tertatih hati menutur luka
Sendu serang sebagian sukma
Tak mampu terujar kata
Senandung malam mengingatkan karma

Entah ruas rindu mana
Menjadi sandungan melangkah
Gerak kaki sulit melangkah
Meninggalkan sisa romansa

Sudah usai
Cerita masa lalu
Tersimpan tanpa perlu dinanti
Biar menjadi usang hingga napas berlalu

4 September 2019

Ruang Senduku

Malam menjadi ruang senduku
Di saat setiap mata terpejam
Aku menatap keheningan malam
Dengan mata lelahku

Kesunyian malam menjernihkan akal
Lepaskan segala sesak napas tersengal
Aku perlu diam sejenak
Untuk dapat mencerna makna di benak

Kekeluan lidah ini
Menenggelamkan lara
Yang telah meninggi
Yang telah terpelihara

Aku hanya perlu suara kasihmu
Memelukku dalam kesenjangan angan
Membelaiku hingga sirna lelahku
Menghadapi segala rupa kebimbangan

4 September 2019

Suara Hati Tak Pernah Ingkar

Suara hati tak pernah ingkar
Pada kalimat yang telah berikrar
Selaiknya sekuntum sekar
Yang kan terus bertumbuh mekar

Suara hati berujar kejujuran
Pada hidup yang penuh kebohongan
Selaiknya pohon dengan kerindangan
Yang kan terus meneduhkan

Yakinlah padanya
Suara hati selalu sertai raga
Aku kan setia menyeka air mata
Yang turun deras saat kau berduka

Dengarkanlah suara hatimu
Kelak kau pahami narasi sukmamu
Dari setiap kedukaanmu
Dan pula kebahagiaanmu

4 September 2019

Rasa dan Cinta

Merangkai kata
Jauh lebih mudah
Dari merangkai rasa

Mengukir kalimat
Jauh lebih ringan
Dari mengakui cinta

Perlu napas sejenak
Untuk dapat menikmati rasa
Dan membahasakan cinta

Karena rasa dan cinta
Persoalan hati dan sukma
Bukan persoalan akal dan nalar

4 September 2019

Ketika Asmara Menyentuh

Ketika asmara menyentuh
Rasa melepas peluh
Manusia tak kuasa menahan rindu
Ingin lekas memeluk hati dengan bersimpuh

Naluri bergejolak
Nalar tertolak
Nafsu menyelak

Gemuruh hasrat ingin memiliki
Aroma surgawi
Yang tercium sejenak
Dalam ruang benak

Asmara dan rasa tak pernah salah
Hanya waktu dan ruang yang tak tepat
Hati yang tersentuh merana
Khawatir luka tergoreskan

4 September 2019

Minggu, 09 Juni 2019

Perkara Cinta I

Perkara cinta itu membingungkan
Kadang, begitu mengembirakan
Setarik nafas kemudian
Bisa begitu memilukan

Cinta dan benci
Dua sisi mata uang
Saling berdamping
Saling mengisi

Begitu cintanya
Kadang bisa menimbulkan benci
Begitu benci
Kadang bisa menumbuhkan cinta

Jakarta 9 Juni 2019

Senin, 27 Mei 2019

Bapak Berjanji, Untukmu Langit Aksara Nuraniku


Di malam kesendirianku
Termenung doa yang ku titipkan dalam namamu
"Langit Aksara Nurani"
Nama yang mungkin asing
Di zaman penuh lika-liku dusta

Nak, namamu bukan sembarang nama
Namamu, merupakan doa aku, bapakmu, dan ibumu
Kami titipkan harapan
Kami titipkan doa
Kami titipkan impian

Kami berharap, dirimu kelak seperti langit
Meneduhkan, mengayomi, dan melindungi
Setiap nafas kehidupan di sekitarmu
Setiap gerak mimpi-mimpi orang terkasihmu
Dan memiliki impian yang begitu tinggi melampaui, bahkan, melewati langit di atas sana

Kami berdoa, dirimu kelak mampu membaca aksara Tuhan
Menerjemahkannya dan menerapkannya dalam tiap langkah kehidupanmu
Sehingga kamu, kelak, berkarya dengan tuntunan tangan Tuhan

Kami bermimpi, dirimu kelak bisa menetapkan mimpimu berlandaskan nuranimu
Mengartikulasikan suara hati sehingga kamu dapat memilih kehidupanmu dengan bijaksana
Dan tiap jenjang waktu hidupmu, mampu bermanfaat dan berdedikasi bagi kehidupan
Meski kadang, hidup itu tak selalu menghargaimu
Kamu harus tegar dan kokoh menghadapinya
Dan terus pegang teguh mimpi dan prinsipmu

Nak, bapak tak bisa berikan istana yang megah
Atau berlian yang bersinar-sinar
Atau hamparan karpet merah untukmu berjalan

Tapi, bapak berjanji
Dengan seluruh daya upayaku
Bapak akan berusaha sekuat mungkin
Melindungi mimpi-mimpimu

(Jakarta, 27 Mei 2019)

Indah (Bukan Untukku)

Indah, sungguh
Untaian kata-kata itu
Menggugah sanubari hati
Tapi, itu bukan untukku

Mempesona, benar
Tarian diksi membinar
Menyentuh lipatan nurani
Tapi, itu bukan ditujukan untukku

Sedih, ya, memilukan
Rangkaian keindahan itu
Bukan untukku lagi
Bukan cerminan cinta untukku

Aku, pilu
Benar-benar pilu
Air mata deras menurun
Meski tak tampak melaju
Turun di pipiku

Hatiku, pedih
Menahan sedih
Hanya dosaku yang dihitung
Bukan peluh jerih payahku
Bukan pengorbananku
Bukan pula, daya upayaku
Mewujudkan mimpi yang pernah ku janjikan
Kala sebelas purnama lalu

(Jakarta, 27 Mei 2019)

Jumat, 03 Mei 2019

Sudah Lama Rasanya

Sudah lama rasanya
Keriuhan itu menghilang
Entah kapan awalnya
Kini kehampaan terus menerjang
Setiap kala matahari menyapa hingga langit berselimut malam

Sudah lama rasanya
Hati resah
Gelisah
Tiada angin untuk menenangkannya

Entah, apakah semburat senyum itu kembali?
Atau hanya liuk-liuk luka hati yang menyambangi hari-hari sunyi ini
Entah

Rindu, ya, aku rindu
Andai rembulan bermurah hati
Mengembalikan sinarannya di pagi hari
Aku kan merengkuh senyum itu kembali

(Jakarta, 03 Mei 2019)

Rabu, 10 April 2019

Hanya Menjadi Sebuah Coretan di Relung Imaji

Gejolak rasa
Gejolak jiwa
Memendam lara
Menahan amarah

Sedari awal
Hati tak pernah ingkar
Ada kejanggalan
Mengakar dalam pandangan

Aku sudah merasa
Ada yang hilang
Sejak kemarin mengikhlaskan
Sayap-sayap itu terbang

Mimpi dan impian
Hanya menjadi sebuah coretan di relung imaji
Tak lagi bisa menyusunnya
Hilang bersama lenyapnya sang mentari

10 April 2019

Tarian Pinggir Danau

Perihal tarian pinggir danau
Tak akan terlupakan
Tarian ke kiri dan kanan
Berbarengan tepukan tangan

Malam gelap terasa sumringah
Sebuah tarian yang sederhana, namun meriah
Disaksikan ribuan semut di pinggir danau
Mendobrak segala penat penghalau

Tawa tumbuh seketika
Air mata kebahagiaan muncrat
Rerumputan bergoyang asyik, seperti tersengat
Mengikuti suara gemericik ikan yang terperanga

Tarian tak terduga
Dalam lantunan musik sederhana
Membekas dalam ingatan bersama

27 September 2011, Pinggir Danau UI